Laman

Rabu, 18 Agustus 2010

Pemindahan Makam Mgr. Alb. Hermelink Gentiaras, SCJ



Pemindahan Makam Mgr. Alb. Hermelink Gentiaras, SCJ



Pada hari Selasa, 06 Juli 2010, di Pringsewu, tepatnya di pemakaman parasuster FSGM dan rohaniwan serta para religius yang berkarya di KeuskupanTanjungkarang, atas restu Mgr. A. Henrisoesanta, dilaksanakan pembongkaran dan pemindahan jenazah Mgr. Alb. Hermelink Gentiaras, SCJ yang telah dimakamkan 27 tahun yang lalu. Dalam rangka peristiwa itu Pastor P. Gunawan Setyadi SCJ, memberitahu dan mengajak umat untuk ikut dalamacara itu, khususnya berdoa bersama di Kapel Makam yang baru selesai dibangundan akan diberkati pada tgl. 22 Juli 2010 mendatang. Proses pembongkaran, pengangkatan dan pembersihan jenazah dimulai pada pukul 08.00 WIB dan berlangsung hingga pukul 13.00 WIB. Dalam rangkaianacara itu, selama pembongkaran makam, Romo Gun bersama para suster dan umat berdoa rosario dan merenung. Namun banyak juga umat yang datang hanya untukmenyaksikan pembongkaran makam tsb.
Proses pembongkaran makam Mgr.Hermelink yang diperkirakan akan selesai pada pukul 10.00 ternyata meleset, karena makam itu cukup dalam dan ditutup dengan adukan semen yang kuat dan juga ditutup dengan balok-balok semen yang keras sehingga memakan waktu yang lama untuk membongkar itu semua.
Walau memakan waktu, namun akhirnya sampai juga pada peti jenazah. Hanya saja tempat peletakan peti jenazah itu dipenuhi dengan air. Peti jenazah terbuat dari kayu jati ukiran dan ternyata setelah terendam selama 27 tahun tidak mengalami kerusakan sedikitpun hanya pelitur yang sudah hilang. Ketika diangkat para pembongkar kewalahan karena berat sekali sehingga terpaksa menggunakan derek. Sesampainya di atas, lalu dibuka dan baru diketahui bahwa di dalam peti jenazah pun dipenuhi dengan air, sehingga jenasah tampak mengapung. Dan jenazah sendiri tidak seperti yang diduga sebab jenazah bukanlah tulang belulang yang tak dapat dikenali lagi, melainkan justru masih dikenali. Jenazah belum hancur, melainkan beberapa bagian tampak “utuh” walau tak sempurna. Di dalam jubah uskup yg kotor oleh air keruh itu masih dirasakan/kelihatan isi tubuhnya; yang jelas masih kelihatan kepala bagian muka namun rambut sudah rontok. Kaki, tangan, dan hampir seluruh tubuh dirasakan masih ada. Setelah melihat kenyataan seperti itu, maka proses pemindahan jenazah ke peti yang lain (baru) diurungkan. Kemudian dengan hati-hati para suster FSGM dan pak Hartoyo (sepuh) dibantu beberapa umat mengeluarkan air daridalam peti sambil membersihkan jenazah dengan sangat extra hati-hati, karena kalau tidak bagian-bagian dari tubuh jenazah Mgr Hermelink diperkirakan akan rontok! Setelah semuanya selesai, kasula diselipkan di bawah salibnya yang terkalung, di atas tubuhnya; peti dan tutupnya diplitur kembali.
Pada kesempatan jenazah dirawat (belum selesai)pada pukul 12.00-12.40 dipersembahkan Misa Kudus, yang dipimpin oleh Vikjend Keuskupan Tanjungkarang, RD. Piet Yunanta Sukowiluyo, dan didampingi oleh RP. P.Gunawan, SCJ (Romo Paroki Pringsewu), Th. Suratno, SCJ, M.T. Joko S, SCJ dan diikuti oleh para suster, bruder dan sebagian umat awam beriman yang pada kesempatan itu hadir untuk menyaksikan pembongkaran jenazah Mgr.Hermelink Gentiaras, SCJ.
Karena mendapat informasi dan arahan dari Mgr.Henrisoesanta yang saat itu sedang mengikuti Raker Regio Jawa + Tanjungkarang di Bandung, setelah semuanya selesai, jenazah Mgr Hermelink kemudian disemayamkan di kapel makam yang baru dibangun. Mgr Henri akan datang dan menyaksikan jenazah tsb setelah pulang dari Raker. Namun karena acara yangbegitu padat dari Mgr. Henri, kemungkinan besar baru pada tanggal 22 Juli2010 mendatang akan diadakan pemberkatan makam dan kapel baru itu oleh Mgr. A. Henrisoesanta, SCJ. Selama jenazah Mgr Hermelink di semayamkan di kapel makam, banyak umat, tidak hanya dari Pringsewu tetapi juga dari beberapa paroki yang ada di keuskupanTanjungkarang datang untuk menjenguk dan mendoakan silih
berganti.
Itulah berita yang bersumber dari keuskupan tanjung karang.
Dengan peristiwa itu satu hal yang jadi pertanyaan di benak saya"kok seperti kisah-kisah orang kudus yang tubuhnya masih utuh saat di bongkar".
Yah biarlah waktu yang akan menjawabnya,yang harus kita pikirkan sekarang adalah,"bagaimana meneruskan apa yang sudah beliau lakukan,dan memupuk apa yang sudah beliau taburkan,di tanah Lampung ini..
hehe...












Tidak ada komentar:

Posting Komentar